Kamis, 24 Maret 2011

KISTA DENTIGEROUS DAN PENATALAKSANAANYA

LAPORAN HASIL SGD
BLOK 18 LBM 2
“ KISTA ODONTOGENIK DAN PENANGANANNYA “
Skenario :
Seorang pasien laki-laki berumur 25 tahun datang berobat ke RSGMP dengan keluhan bentuk wajah asimetri sudang berkangsung 1 tahun, tidak sakit dan tidak menganggu aktifitas. Sudah berobat ke dokter gigi puskesmas 3 kali tapi tidak sembuh. Pada pemeriksaan klinis :
EO : asimetri wajah +, palpasi tidak sakit, warna kulit sama dengan sekitarnya, ping pong phenomena +, kelenjar Limfe submandibular t.a.k
IO : lipatan mukobukal terangkat, palpasi – ( tidak sakit ), fluktuasi +, ping pong phenomena +, tampak gigi 35 tidak tumbuh
Akhirnya oleh dokter gigi Puskesmas dirujuk untuk dilakukan foto rontgen, namun dokter gigi tersebut bingung menentukan jenis foto rontgen yang sesuai.
STEP 1
1. Ping pong phenomena : pada saat palpasi , jika benjolan bergerak . benjolannya yang disebut dengan ping pong phenomena ; pada saat palpasi , suatu massa yang menonjol itu ikut bergerak semua
2. Kista : suatu rongga dalam jaringan yang abnormal yang dibatasi oleh epitel dan cairannya mengandung kolesterin ; suatu rongga patologis yang berisi cairan yang seringkali dibatasi oleh lapisan epitel dan diluarnya dibatasi oleh jaringan ikat dan pembuluh darah
STEP 2
1. Kista odontogenik dan penanganannya
2. Penatalaksanaan kista odontogenik
STEP 3
KISTA ODONTOGENIK
1. Definisi
- Kista yang berasal dari epitel pembentukan gigi ( epitelnya berasal dari : benih gigi , epitel enamel mahkota gigi, epitel malassez, sisa dental lamina )
- Kista yang berasal dari sisa epitel pembentukan gigi yang mengandung cairan , gas , material semi solid
2. Klasifikasi ( etio , tanda gejala , patogenesis , pemeriksaan , penatalaksanaannya )
a. Odontogenik
- Primordial : terjadi karena adanya perubahan kistik ( ada pembentukan kista ) pada bagian dental lamina sebelum terbentuk jaringan keras ; paling sering pada RB posterior
- Dentigerous : terjadi pada mahkota yang belum erupsi ; terbentuk saat gigi telah mengalami kalsifikasi
Macam :
• Perikoronal
• Lateral
• sirkumferensial
- Periodontal : biasanya sering ditemukan di apical
b. Non odontogenik
Nasopalatinal canal kista : letaknya di canal nasopalatinal , jaringan lunak,
: etio ( proliferasi dari sisa” epitel karena adanya infeksi bakteri atau trauma )
Nasoalveolar kista : kista fisural dari jairngan lunak yang terletak di IO dari bagian caninus s/d I lateral smpai bibir atas.
: etio ( sisa” epitel yang terjebak selama penggabungan embrionik dari pross nasal lateral , globular dan maksila
Simple bone kista
Bladin-nuh kista : kelenjur liur tambahan pd permukaan ventral lidah dan terdiri atas campuran elemen selulosa dan mukus

 Kista odontogenik
 Kista gingiva pada anak”
Dentigerous
Kista erupsi
Kista peridontal lateral
Kista botroid odontogenik
Kista odontogenik glandula
Kista gingiva pada dewasa
Kista primordial
 Menurut WHO berdasarkan asalnya :
Kista developmental ( yg tidak diketahui sebabnya )
Macamnya :
• kista gingiva pada dewasa
• dentigerous
 terjadi disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi ( gigi M )
 biasanya tidak menimbulkan rasa sakit tetapi menyebabkan asimetris muka
 infeksinya melalu jalur hematogen
 perawatan : enukleasi ( gigi yang tidak erupsi , kistanya dan epietlnya diambil ; biasanya kistanya masih utuh)
: marsupialisasi ( mengevakuasi isi kista dan memelihara kontinuitas antara kista dan RM, sinus maksilaris dan rongga nasal )
 Pada anak biasanya terjadi di I 11% dan 30% di C , dan pada dewasa terjadi di gigi M1
 Pada laki : 30 thn , wanita : 10 – 20 thn ; banyak melibatkan M3 baik RA dan RB
 Pembengkakaknnya terjadi perlahan , klo nyeri biasanya terjadi infeksi
 Gbran radiografinya : daerah radiolusen unilokular yang berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi ; kista mempunyai tepi sklerotik yang berbatas tegas jika tidak terjadi infeksi
 Komplikasi perawatan :
 Type : central ( mahkota terbungkus simetris ) , lateral ( dibatasi folikel pada salah satu mahkota ) , sirkumferensial ( dari mahkota sampai akarnya dibungkus kista )
 DD : ameloblastik fibroma , dan odontogenik keratosis

• Kista Erupsi
 Merupakan kista superfisial yang terjadi pada jaringan gingiva, berhubungan dengan gigi yang sedang erupsi terutama gigi molar sulung
 Tanda dan gejala : tidak ada rasa sakit kecuali bila terinfeksi , gusi membengkak, dapat ditemukan rasa sakit bila ditemukan gigi lawannya, tampak sebagai pembengkakan gusi yang bewarna biru, biasanya terjadi pembengkakan lunak dan fluktuasi
 Pemeriksaan Ro : dipastikan gigi yang tidak erupsi dan disertai folikel yang besar
• Kista odontogenik keratosis
 Etiologi : perkembangan dari sisa” dental lamina yang mengalami proliferasi dan berhubungan dengan lifoid basal sel karsinoma
 GK : dapat terjadi di maksila dan mandibula
• gingiva pada bayi
• lateral periodontal kista
 terbentuk dari proliferasi dental lamina
 GK : tampak pembengkakakn kecil di dalam atau dibawah papila interdental ; diamter < 1 cm ; mayoritas terjadi pada orang dewasa ; terjadi pada cusp P dan C RA atau RB
• calsifying odontogenic cyst
 etio : sebuah kista odontogenik dengan karakteristik pola mikroskopik ; adanya sisa epitel odontogenik di dalam gusi RA dan RB
 Karakteristik adanya ghost cell keratinization ( gambaran PA nya ) ; biasanya menyerang orang berusia < 40 thn baik pria dan wanita
 Gamb Ro : unilokuler atau multilokuler ; batasnya tegas ; menyebar
 DD : osifying fibroma
 Perawatan : enukleasi
• kista glandular odontogenik
Kista inflammatory ( dri peradangan )
• kista periapikal
 = kista radikular
 Kista yang berhubungan karena adanya gigi yang non vital / fragmen akar gigi yang disebabkan karena adanya keberadaan nekrosis yg diawali dengan invasi bakteri
 Penanganannya : kalo diameternya 1 cm -> enukleasi dg pembukaan tulang alveolar ; apabila diameternya besar dan terjadi kekambuhan biasanya dilakukan kontrol infeksi , marsupialisasi , bisa dengan ekstralisasi dan diselingi dengan biopsi, setelah itu kalo sudah terjad pengurangan diameter baru dilakukan enukleasi agar tidak terjadi kerusakan jar sekitarnya ; apabila terjadi kerusakan pd tulang -> dilakukan rekonstruksi pd tulang
• bukal bifurcatio kista
• residual kista

PERTANYAAN SKENARIO
1. Jenis rontgen dan gambaran radiologis kista
a. Jenis rontgen secara umum
 Panoramik
 Periapical
b. Jenis rontgen untuk melihat kista
 Panoramik
c. Gambaran Ro kista
- Berbatas tegas
- Tepi skelrotik jika ada infeksi
2. Pasien sudah berobat sampai 3x tetapi tidak sembuh . why ?
 Karena tidak dilakukan enukleasi dan marsupialisasi
 Penyebabnya tidak dihilangkan
 Dx belum tepat
3. Kenapakah bisa ada ping pong phenomena ?
LI
4. Dalam skenario termasuk jenis odontogenik apa ?
 Kista dentigerous ( soalnya dari gigi 35 tidak tumbuh )
 Dari usia pasien
5. Dx dan DD nya ?
DD : ameoblastoma ( tumor jinak ) ; odontogenic keratocyst
6. Sejak kapan bisa timbul ping pong phenomena ?
LI
7. Apakah kista odontogenik selalu diikutin / ciri khas dengan ping pong phenomena ?
LI
8. Gigi 35 tidak tumbuh , why ? adakah pengaruhnya dengan kista odontogenik ?
Ada pengaruhnya , karena ....... ??? LI
9. Pasien sudah mengalami asimetris tetapi pasien tidak merasakan sakit , berbeda dengan kasus impaksi. Why ?
 Karena tidak ada infeksi
 Pembengkakan terjadi secara perlahan sehingga tidak merasakan sakit
10. Mengapa ada fluktuasi + dan ping pong phenomena + ?
 LI
STEP 4
CONCEPT MAPPING
STEP 5
LI SEMUA
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
KISTA ODONTOGENIK
1. Definisi
- Kista odontogenik adalah kista yang berasal dari sisa-sisa epithelium pembentuk gigi (epithelium odontogenik). Kista odontogenik disubklasifikasikan menjadi kista yang berasal dari developmental dan inflammatory. Kista developmental adalah kista yang tidak diketahui penyebabnya, dan tidak terlihat sebagai hasil dari reaksi inflamasi. Sedangkan inflammatory merupakan kista yang terjadi karena adanya inflanmasi.
- Kista odontogenik didefinisikan sebagai suatu struktur dengan garis epitelial yang diperoleh dari epitel odontogenik. Kebanyakan kista odontogenik didefinisikan lebih berdasarkan pada lokasinya dibandingkan pada karakteristik histologinya. Maka, ahli bedah harus memberikan kepada ahli patologis suatu riwayat dan gambaran radiograf yang tepat ketika mengajukan contoh specimen untuk diuji.
- Kista odontogenik (kista yang terletak pada tulang rahang kemungkinan epitelnya berasal dari epitel odontogenik dan disebabkan adanya proliferasi dan degenerasi kistik)
Kista nonodontogenik (berasal dari sisa epitel jaringan yang meliputi prosessus yang primitif, yang terlibat dalam pembentukan muka dan rahang masa embrional).
- suatu kista rahang tipe perkembangan yang jarang dijumpai dan berasal dari odontogenik. Kista odontogenik glandular memiliki gambaran histopatologis yang mirip dengan botryoid odontogenic cyst (BOC) dan central mucoepidermoid tumor (MET) sehingga mudah terjadi salah diagnosa. Etiologi kista odontogenik glandular adalah berasal dari perkembangan gigi geligi khususnya dari sisa-sisa epitel lamina dentalis. Gambaran klinis kista ini adalah berupa pembengkakan, lebih banyak mengenai pria dan sering menyerang mandibula khususnya bagian anterior. Lesi tersebut biasanya terlokalisir dan dapat unilateral atau bilateral. Gambaran histopatologis kista odontogenik glandular harus menunjukkan adanya sel-sel kuboid eosinofilik dalam lapisan superfisial dan sel-sel mukus. Gambaran radiografi kista odontogenik glandular menunjukkan gambaran radiolusen yang unilokuler atau multilokuler. Perawatan kista odontogenik glandular adalah dengan kuretase, enukleasi dan reseksi rahang.
- Kista odontogenik adalah kista yang berhubungan dengan gigi dan jaringan pembentuk gigi. Kista odontogenik dibagi menjadi 2 divisi besar:
Kista perkembangan (kista yg belum diketahui asal mula penyebabnya ) terbagi lagi menjadi 9 sub divisi
Kista peradangan ( kista yg terjadi akibat dari gigi yg meradang ) terbagi menjadi 3 sub divisi
Kista dentigerous adalah salah satu sub divisi dari kista perkembangan. Biasanya kista ini terjadi disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi. Paling banyak terjadi pada gigi geraham bungsu bawah ( geraham ketiga bawah ) yg tidak erupsi pada usia 10-30 tahun. Sangat jarang terjadi pada gigi susu yang tidak tumbuh. Kista dentigerous biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, jika kista ini besar maka akan menimbulkan asimetri muka.
Perawatan kista dentigerus:
Kista dentigerus yang kecil ditangani dengan enukleasi yg juga dilakukan dengan membuang gigi yang tidak erupsi tersebut.
Kista dentigerus yang besar membutuhkan tindakan marsupialisasi. Tindakan ini merupakan prosedur awal sebelum dilakukannya tindakan bedah untuk mengurangi besarnya kista sehingga kerusakan tulang akibat tertekan kista bertambah kecil. Setelah itu kista dapat dibuang dengan tindakan bedah yg minimal.
Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan marsupialisasi maupun enukleasi adalah perdarahan, parestesi maupun fraktur, namun prognosa setelah dilakukannya kedua tindakan adalah baik.

2. Etiologi kista odontogenik
Ada tiga macam sisa jaringan yang masing-masing berperan sebagai asal kista odontogenik.
c. The epithelial rest or glands of Serres yang tersisa setelah terputusnya dental lamina. Odontogenik keratosis dapat berasal dari jarinagn ini, dan beberapa kista lain seperti kista gingival.
d. Email epithelium tereduksi yang berasal dari organ email dan selubung gigi yang belum erupsi namun telah terbentuk sempurna. Kista dentigerous dan kista erupsi berasal dari jaringan ini.
e. The rests of Malassez yang terbentuk melalui fragmentasi dari epithelium root selubung Hertwig.

3. Pathogenesis Kista
1. Inisiasi kista
Inisiasi kista mengakibatkan proliferasi batas epithelia dan pembentukan suatu kavitas kecil. Inisiasi pembentukan kista umumnya berasal dari epithelium odontogenic. Bagaimanapun rangsangan yang mengawali proses ini tidak diketahui. Faktor-faktor yang terlibat dalam pembentukan suatu kista adalah proliferasi epithelia, akumulasi cairan dalam kavitas kista dan resorpsi tulang.
2. Pembesaran kista
Proses ini umumnya sama pada setiap jenis kista yang memiliki batas epithelium. Tahap pembesaran kista meliputi peningkatan volume kandungan kista, peningkatan area permukaan kantung kista, pergeseran jaringan lunak disekitar kista dan resorpsi tulang.
a. Peningkatan volume kandungan kista
Infeksi pada pulpa non-vital merangsang sisa sel malasez pada membran periodontal periapikal untuk berproliferasi dan membentuk suatu jalur menutup melengkung pada tepi granuloma periapikal, yang pada akhirnya membentuk suatu lapisan yang menutupi foramen apikal dan diisi oleh jaringan granulasi dan sel infiltrasi melebur.
Sel-sel berproliferasi dalam lapisan dari permukaan vaskular jaringan penghubung sehingga membentuk suatu kapsul kista. Setiap sel menyebar dari membran dasar dengan percabangan lapisan basal sehingga kista dapat membesar di dalam lingkungan tulang yang padat dengan mengeluarkan faktor-faktor untuk meresorpsi tulang dari kapsul yang menstimulasi pembentukan osteoclast.
b. Proliferasi epitel
Pembentukan dinding dalam membentuk proliferasi epitel adalah salah satu dari proses penting peningkatan permukaan area kapsul dengan akumulasi kandungan seluler. Pola mulrisentrik pertumbuhan kista membawa proliferasi sel-sel epitel sebagai keratosis mengakibatkan ekspansi kista. Aktifitas kolagenase meningkatkan kolagenalisis. Pertumbuhan tidak mengurangi batas epitel akibat meningkatnya mitosis. Adanya infeksi merangsang sel-sel seperti sisa sel malasez untuk berploriferasi dan membentuk jalur penutup. Jumlah lapisan epitel ditentukan oleh periode viabilitas tiap sel dan tingkat maturasi serta deskuamasinya.
c. Resorpsi tulang
Seperti percabangan sel-sel epitel, kista mampu untuk membesar di dalam kavitas tulang yang padat dengan mengeluarkan fakor resorpsi tulang dari kapsul yang merangsang fungsi osteoklas (PGE2). Perbedaan ukuran kista dihasilkan dari kuantitas pengeluaran prostaglandin dan faktor-faktor lain yang meresorpsi tulang.
4. Klasifikasi ( etio , tanda gejala , patogenesis , pemeriksaan , penatalaksanaannya )
I. Odontogenik
A. Developmental
a. Dental lamina cyst (gingival cyst of infant)
- Sebuah kista gingiva adalah kista yang berkembang pada gusi orang 'mulut. In adults, periodontal disease can cause a gingival pocket to grow and this can often form a cyst. Pada orang dewasa, penyakit periodontal dapat menyebabkan saku gingiva untuk tumbuh dan ini sering dapat membentuk kista. They can even be the result of viral infections. Mereka bahkan bisa menjadi hasil dari infeksi virus. Cysts can even form in newborn babies. Kista bahkan dapat terbentuk pada bayi baru lahir. They're usually painless but often frustrating because of the swelling. Mereka biasanya tidak menimbulkan rasa sakit tetapi sering frustasi karena pembengkakan.
- A gingival cyst in a newborn baby, also called dental lamina cyst in infants, can present as small diameter cysts on the gums varying in color from white to yellow. Sebuah kista gingiva pada bayi baru lahir, juga disebut kista lamina gigi pada bayi, dapat hadir sebagai kista diameter kecil pada gusi bervariasi dalam warna dari putih menjadi kuning. They are not harmful and these cysts usually break open by themselves. Mereka tidak berbahaya dan kista ini biasanya membuka sendiri. This can happen a few days after birth or in some cases, several months later. Oral surgery can be done to open the cysts but this generally proves unnecessary. Hal ini dapat terjadi beberapa hari setelah kelahiran atau dalam beberapa kasus, beberapa bulan kemudian. oral operasi bisa dilakukan untuk membuka kista tapi ini secara umum tidak perlu membuktikan.
- A gingival cyst in an adult is quite a different thing. Sebuah kista gingiva pada orang dewasa cukup hal yang berbeda. These cysts are rare so there have been only a limited number of studies. Kista ini jarang terjadi sehingga hanya ada sejumlah studi. They tend to occur in the area of the premolars and canines and often have a bluish color. Mereka cenderung terjadi di daerah premolar dan gigi taring dan sering memiliki warna kebiru-biruan. They tend not to grow over 1 cm in diameter and can be removed surgically. Mereka cenderung tidak tumbuh lebih dari 1 cm dan dapat diangkat melalui pembedahan. Once they're removed, they generally show no tendency to reoccur. Setelah mereka akan dihapus, mereka umumnya tidak menunjukkan kecenderungan untuk terulang kembali

b. Odontogenic cyst (primordial cyst)
- Gambaran klinis
• Terkadang terbentuk disekitar gigi yang tidak erupsi
• Biasanya asymtomatik walaupun terdapat pembengkakan ringan
• Nyeri bisa terjadi dengan infeksi sekunder
• Aspirasi menunjukkan suatu material tebal, kuning dan cheesy material (keratin)
• Kista ini cenderung berulang
- Gambaran RO
• Lokasi
 Badan posterior mandibula dan ramus mandibula
 Epicenter terdapat pada superior hingga inferior alveolar nerve canal
• Batas luar dan bentuk
Menunjukkan tepi kortical seperti kista-kista lainnya kecuali jika terjadi infeksi sekunder, smooth round atau berbentuk oval atau scalloped outline.
• Struktur internal
 Radiolusen, adanya keratin internal tidak meningkatkan radioopasitas.
 Pada beberapa kasus dapat menunjukkan septa internal berkurang, memberikan gambaran lesi multilocular.
c. Dentigerous cyst (follicular cyst)

Kista odontogenik paling sering kedua adalah kista dentigerous, yang berkembang dalam folikel dental yang normal dan mengelilingi gigi yang tidak erupsi. Kista dentigerous diperkirakan tidak menjadi neoplastik. Lebih sering ditemukan dalam daerah dimana terdapat gigi yang tidak erupsi, yaitu gigi molar ketiga rahang bawah, molar ketiga rahang atas dan kaninus rahang atas dengan penurunan frekuensi mulai dari molar ketiga rahang bawah hingga kaninus rahang atas. Kista ini dapat tumbuh sangat besar dan dapat menggerakkan gigi, tetapi, lebih umumnya, kista ini relatif kecil. Kebanyakan kista dentigerus tidak memberikan gejala, dan penemuannya biasanya meerupakan suatu temuan insidental pada gambaran radiografi.
Penampakan radiografi biasanya adalah suatu lesi radiolusen yang terdermakasi dengan baik menyerang pada sudut akut dari daerah serfikal suatu gigi yang tidak erupsi. Tepi lesi dapat radiopak. Perbedaan gambaran radiografi antara kista dentigerous dan folikel dental normal selalu didasarkan pada ukurannya.
Bagaimanapun, secara histologi, suatu perbedaan selain dari ukurannya telah ditemukan. Folikel gigi secara normal dibatasi oleh berkurangya epitel enamel, jika kista dentigerous dibatasi oleh suatu epitelium skuamos stratified tidak terkeratinisasi. Kalsifikasi distropik dan suatu kelompok sel mukous dapat ditemukan dalam kista.
Kista dentigerous berkembang dari epitel folikular dan epitelium folikular memiliki suatu potensi yang besar untuk bertumbuh, berdiferensiasi dan berdegenerasi dibandingkan dengan epitrlium dari kista radikuler. Kadangkala, lesi yang lebih merugikan lainnya muncul dalam dinding kista dentigerous, termasuk karsinoma epidermoid yang muncul dari sel mukosa didalam dinding kista, ameloblastoma (lihat tumor odontogenik; 17% ameloblastoma muncul dalam sebuah kista dentigerous), dan karsinoma sel skuamous. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, kista dentigerous juga dapat menjadi sangat besar dan dapat memberikan risiko fraktur rahang patologis kepada pasien.
Temuan ini berisikan paling banyak alasan medis untuk pengangkatan gigi molar ketiga yang impaksi dengan radiolusensi perikoronal, bagaimanapun, gigi yang impaksi dengan radiolusensi perikoronal yang kecil (dengan kesan adanya folikel gigi yang normal dibandingkan kista dentigerous) juga dapat diamati dengan pemeriksaan radiografi secara berseri. Peningkatan ukuran lesi harus dilakukan pengangkatan dan pemeriksaan histopatologi yang tepat. Beberapa lesi yang tampak lebih besar dibandingkan folikel gigi normal mengindikasikan pengangkatan dan pemeriksaan histopatologi.

- Gambaran Klinis
• Berkembang disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi/ gigi supernumerary
• Pemeriksaan klinis menunjukkan suatu missing, pembengkakan yang keras (hard swelling) dan biasanya mengakibatkan asimetri wajah.
• Khasnya pasien tidak merasakan nyeri dan ketidaknyamanan
- Gambaran RO
• Lokasi
Epicenter kista tepat diatas mahkota gigi yang bersangkutan, biasanya M3 maxilla atau mandibula, atau yang paling sering terjadi adalah C maxilla. Kista melekat pada CEJ. Terkadang kista berkembang dari aspek lateral follicle, menempati area disamping mahkota.
• Batas Luar dan Bentuk
Secara khas memiliki batas luar yang tegas (well-defined cortex) dengan garis berkurva atau sirkular.
• Struktur Internal
Bagian internal radiolusen secara menyeluruh kecuali mahkota gigi.
• Pengaruh pada struktur sekitar
Kista ini cenderung memindahkan (menggerakkan) dan meresorbsi gigi geligi tetangganya. Biasanya pada direksi apical. Contohnya : M3 mandibula dapat digerakkan pada region condilar atau coronoid/ hingga cortex inferior dr mandibula.

d. Eruption cyst
- Kista erupsi dapat berkembang dalam hubungan dengan gigi susu yang sedang erupsi. Rongga folikular yang normal di sekitar mahkota mengembang karena pengumpulan cairan jaringan atau darah, membentuk sejenis kista dentigerous (Shafer, Hine dan Levy, 1974 ; Shear, 1983). Kista erupsi terjadi paling sering pada permukaan oklusal yang lebar di gigi-gigi molar susu. Mula-mula terdapat daerah kebiru-biruan pada gigi yang sedang erupsi, dan kemudian terjadi kemerahan dan pembengkakan mukosa. Pembesaran kista menyebabkan tergigit oleh gigi-gigi lawannya, dan hal ini menambah rasa tidak enak pada anak.
- Merupakan kista dentigerous yang terjadi pada jaringan lunak.Tapi kista dentigerous yang terjadi biasanya pada sekeliling gigi yang erupsidanterletak di dalam jaringan lumak yang terjadi di atas tulang

Gambaran klinis
1.kista erupsi menyebabkan pembengkakan yang licin di atas gigi yang sedang erupsi,yang bisa mempunyai warna gingival yang normal,ataupun biru.
2. biasanya tanpa nyeri kecuali jika terinfeksi.
3. lunak dan berfluktuasi
4.kadang-kadang terdapat lebih dari satu kista .


Gambaran radiologi
Kista bisa membuat bayangan lunak,tetapi biasanya tidak melibatkan tulang ,kecuali kripta terbuka yang terdilatasi yang bisa terlihat pada radiograf.

Patogenesa
Patogenesa kista erupsi mungkin sangat serupa dengan kista dentigerous. Perbedaanya bahwa gigi pada kasus kista erupsi lebih terpendam di jaringan kunak gingival ketimbang di dalam tulang. Belum diketahui faktor-faktor yang sebenarnya menghalangi erupsi ke dalam jaringan lunak ini,tetapi adanya jaringan fibrosa yang sangat padat dapat bertanggung jawab.

Patologi
Pada daerah yang tidak meradang,dinding epitel kista khas berasal dari epitel enamel yang berkurang, yang terutama terdiri dari2-3 lapisan sel epitel gepeng dengan beberapa fokus, tempat ia mungkin sedikit lebih tebal.


Pengobatan
Kista erupsi diobati dengan marsupialisasi. Kubah kista di eksisi ,yang memaparkan mahkota gigi sehingga memungkinkan gigi tersebut erupsi.
e. Lateral periodontal cyst
- Kista periodontal lateral, seperti namanya, terjadi pada lokasi periodontal lateral dan itu adalah berasal dari perkembangan yang timbul dari degenerasi kistik sel yang jelas tentang lamina gigi. In order to establish the proper diagnosis, an inflammatory origin as well as exclusion of a possible odontogenic keratocyst must be ruled out clinically and histologically. Dalam rangka menegakkan diagnosa yang tepat, asal inflamasi serta pengecualian dari keratocyst odontogenik mungkin harus dikesampingkan klinis dan histologis. This cyst's most frequent location is at the level of the mandibular premolars but it has been reported occurring in other areas. kista yang paling sering Lokasi ini berada pada tingkat premolar mandibula namun telah dilaporkan terjadi di daerah lain. This cyst is generally an accidental radiographic finding and it characterized by being located mid distance between the apex and the cervical area of the affected tooth. kista ini umumnya merupakan temuan radiografi disengaja dan ditandai dengan pertengahan yang terletak jarak antara puncak dan daerah servikal dari gigi yang terkena. Radiographically, the majority of the cases are seen as a well delineated, round, small (generally not exceeding 1 cm in diameter), radiolucency with a radiopaque rim. Radiografi, sebagian besar kasus dilihat sebagai digambarkan, bulat dengan baik, kecil (umumnya tidak melebihi 1 cm diameter), radiolusensi dengan pelek radiopak. They are generally asymptomatic. Mereka umumnya tanpa gejala. The periodontal ligament space as a rule is not enlarged and there must not be a communication between the cyst's cavity and the oral environment. Ruang ligamentum periodontal sebagai sebuah aturan tidak membesar dan tidak boleh ada komunikasi antara kista's rongga dan lingkungan oral. The root of the affected tooth is intact, the pulpal tissue is not necrotic and the tooth is vital. Akar gigi yang terkena utuh, jaringan pulpa tidak nekrotik dan gigi sangat penting. A multilocular variety has been described. Berbagai multilocular telah dijelaskan.
- The cystic wall is lined by a thin layer of an odontogenic epithelium presenting clear cells and resembling the reduced enamel epithelium. Dinding kistik dibatasi oleh lapisan tipis dari sel epitel odontogenik penyajian yang jelas dan menyerupai epitel enamel berkurang. Some areas of cellular condensation have been described as epithelial plaques, which may protrude into the cystic lumen. Beberapa daerah di kondensasi selular telah digambarkan sebagai plak epitel, yang dapat menonjol ke dalam lumen kistik. A different histologic appearance has been described with the name of BOTRYOID ODONTOGENIC CYST. Sebuah penampilan histologis yang berbeda telah dijelaskan dengan nama BOTRYOID odontogenik KISTA. This name reflects the histologic similarity of the cystic cavities to that of a bunch of grapes. Nama ini mencerminkan kesamaan histologis dari rongga kistik dengan yang sekelompok anggur.
- The treatment of the lateral periodontal cyst is surgical ablation and if at all possible the affected tooth should be preserved, which some times it is difficult. Perlakuan kista periodontal lateral ablasi bedah dan jika sama sekali mempengaruhi gigi mungkin harus dipertahankan, yang beberapa kali sulit. The multilocular variety including the botryoid type require a more careful surgical elimination because of their higher tendency to recur. Berbagai multilocular termasuk jenis botryoid memerlukan operasi eliminasi lebih hati-hati karena tinggi kecenderungan mereka untuk kambuh.
-
- This a lateral periodontal cysts. Ini kista lateral periodontal. Both adjacent teeth were vital and clinically there was no communication between the cystic cavity and the oral cavity. Kedua gigi yang berdekatan adalah vital dan secara klinis tidak ada komunikasi antara rongga kistik dan rongga mulut. Histologically it was proven to be lined by a thin layer of clear odontogenic epithelial cells and epithelial plaque formation. Histologi itu terbukti dilapisi oleh lapisan tipis jelas sel epitel odontogenik dan pembentukan plak epitel. Note well delineated oval radiolucency. Catatan juga digambarkan radiolusensi oval
Nama kista periodontal lateral merupakan suatu istilah yang tidak cocok. Kista ini bukan merupakan peradangan, kista ini tidak muncul dari periodontitis dan bukan suatu fenomena yang dihubungkan dengan saluran lateral dalam struktur gigi. Kista ini selalu terdermakasi dengan baik, relatif kecil, dan radiolusen (kadang-kadang dengan akar yang radiopak). Lesi ini umumnya dihubungkan dengan daerah premolar dan molar dan kadang ditemukan pada daerah anterior rahang atas. Kista ini biasanya tidak tampak secara klinis tetapi terdeteksi pada pemeriksaan radiografi. Kista ini memiliki suatu histologi yang berbeda teriri dari dinding kista noninflamasi fibrous yang tebal, dan batas epitelium terbuat dari sel kubus yang tipis. Tepi ini tidak sempurna dan mudah terkelupas dengan gambaran penebalan sel bersih pada interval berkala. Kista ini tumbuh dari lamina gigi postfungsional dan tidak ada penjelasan yang baik diketahui untuk lokalisasi yang ditunjukkan.
Etiologi : terbentuk karena proliferasi dentalamina
Gambaran klinis : tampak pembengkakan kecil pada jaringan lunak di dalam atau di bawah papilla interdental diameter < 1cm. Mayoritas pada orang dewasa terjadi pada cuspid premolar dan caninus atas/ bawah. ( vitalnya di rahang bawah )
Gambaran radiograf : radiolusen Berbentuk bulat/ seperti tetesan airmata unilokuler dan kadang2 multilokuler.

f. Botryoid odotogenic cyst
g. Glandular odotogenic cyst
- Kista odontogenik glandula adalah salah satu lesi kista rahang yang sangat jarang dijumpai dengan karakteristik histopatologis yang unik dan tidak jelas histogenesisnya, dimana secara histopatologi, kista odontogenik glandula merupakan suatu kista dengan dindingnya dibatasi epitel non keratinisasi pada permukaannya dan dibatasi kripta atau ruangan seperti kista didalam ketebalan epitel dan mengandung elemen musin tanpa keterlibatan jaringan kelenjar ludah didalanmya. Gambaran klinis kista odontogenik pada umunmya seperti kista yang lain adalah adanya pembengkakan pada daerah yang terkena, mayoritas kista akan ditemukan setelah teljadi peradangan. Gambaran radiografi kista odontogenik glandula menunjukkan lesi radiolusen unilokuler atau multilokuler yang tergambar dengan jelas. Berdasarkan cepat lambatnya perluasan area radiokusensi lesi yang terlihat dalam pemeriksaan radiografi, kista odontogenik glandula dapat didiagnosa banding sebagai lateral periodontal cyst, botryoid odontogenic cyst, simple bone cyst, odontogenic keratocyst, ameloblastoma dan central mucoepidermoid carcinoma. Gammbaran histologi menunjukkan suatu ruang kistik yang dibatasi oleh epitel pipih berlapis non keratinisasi dengan beberapa lapisan. Di beberapa area, sel epitel tersusun dalam bentuk struktur menyerupai bola atau area melingkar Lapisan superfisial epitel menunjukkan eosinofilik dan sel kuboidal, dan beberapa sel spinus merniliki vakuolisasi dalam sitoplasmanya. Sel epitel menunjukkan banyak sel-sel mukus, dan kadang-kadang mukus PAS positif dibatasi oleh sel kuboidal eosinofilik berbentuk struktur menyerupai bola. Ruang antar epitel dan bentuk jaringan ikat fibrous adalah petak tanpa rete peg. Kapsul fibrous jarang diinfiltrasi oleh sel inflamasi mononuklear. Dalam perawatan kista odontogenik glandula, pada dasarnya digunakan teknik bedah dengan metoda enukleasi.
- Kista odontogenik glandula adalah salah satu lesi kista rahang yang sangat jarang dijumpai dengan karakteristik histopatologis yang unik dan tidak jelas histogenesisnya, dimana secara histopatologi, kista odontogenik glandula merupakan suatu kista dengan dindingnya dibatasi epitel non keratinisasi pada permukaannya dan dibatasi kripta atau ruangan seperti kista didalam ketebalan epitel dan mengandung elemen musin tanpa keterlibatan jaringan kelenjar ludah didalanmya. Gambaran klinis kista odontogenik pada umunmya seperti kista yang lain adalah adanya pembengkakan pada daerah yang terkena, mayoritas kista akan ditemukan setelah teljadi peradangan. Gambaran radiografi kista odontogenik glandula menunjukkan lesi radiolusen unilokuler atau multilokuler yang tergambar dengan jelas. Berdasarkan cepat lambatnya perluasan area radiokusensi lesi yang terlihat dalam pemeriksaan radiografi, kista odontogenik glandula dapat didiagnosa banding sebagai lateral periodontal cyst, botryoid odontogenic cyst, simple bone cyst, odontogenic keratocyst, ameloblastoma dan central mucoepidermoid carcinoma. Gammbaran histologi menunjukkan suatu ruang kistik yang dibatasi oleh epitel pipih berlapis non keratinisasi dengan beberapa lapisan. Di beberapa area, sel epitel tersusun dalam bentuk struktur menyerupai bola atau area melingkar Lapisan superfisial epitel menunjukkan eosinofilik dan sel kuboidal, dan beberapa sel spinus merniliki vakuolisasi dalam sitoplasmanya. Sel epitel menunjukkan banyak sel-sel mukus, dan kadang-kadang mukus PAS positif dibatasi oleh sel kuboidal eosinofilik berbentuk struktur menyerupai bola. Ruang antar epitel dan bentuk jaringan ikat fibrous adalah petak tanpa rete peg. Kapsul fibrous jarang diinfiltrasi oleh sel inflamasi mononuklear. Dalam perawatan kista odontogenik glandula, pada dasarnya digunakan teknik bedah dengan metoda enukleasi.
h. Gingival cyst of adults
- Gingiva kista orang dewasa
The gingival cyst of the adult is thought to derive from epithelial rests of the dental lamina and some authors considered it to be a superficial version of the lateral periodontal cyst. Kista gingiva dewasa diperkirakan berasal dari epitel terletak dari lamina gigi dan beberapa penulis menganggapnya sebagai versi dangkal kista periodontal lateral. This latter cyst, which generally has an intraosseous location, develops often in the premolar-canine area of the mandible and it is directly connected to the periodontium. Kista ini yang terakhir, yang umumnya memiliki lokasi intraosseous, berkembang sering di daerah-anjing premolar mandibula dan terhubung langsung ke periodonsium tersebut. The gingival cyst of the adult generally develops in the mandibular premolar-canine area. Kista gingiva dewasa umumnya berkembang di daerah-anjing premolar mandibula. If in the maxilla it develops with greater frequency in the lateral incisor area. Jika di rahang itu berkembang dengan frekuensi yang lebih besar di daerah gigi seri lateral. In some cases it may slightly reabsorb the alveolar crest. Dalam beberapa kasus mungkin sedikit menyerap kembali puncak alveolar. The gingival cyst of the adult is a slow growing lesion which as a rule does not measure more than one centimeter in diameter. Kista gingiva dewasa adalah lesi yang tumbuh lambat sebagai sebuah aturan tidak mengukur lebih dari satu sentimeter diameter. The cyst may even develop in the interdental papilla and in either location is a painless swelling presenting the normal gingival color, however, some of them may have a slight bluish color. Kista bahkan dapat berkembang di papilla interdental dan di lokasi baik adalah rasa sakit pembengkakan penyajian warna gingiva normal, namun, beberapa dari mereka mungkin memiliki warna yang sedikit kebiruan. Statistical studies are scant because this cyst is of rare occurrence, generally it is reported as having an equal sex distribution and observed in patients over 40 years of age. studi statistik adalah kurang karena kista ini adalah kejadian langka, umumnya dilaporkan sebagai memiliki distribusi seks sama dan diamati pada pasien lebih dari 40 tahun. The gingival cyst of the adult should be differentiated from the odontogenic keratocyst and the epidermoid cyst which occasionally develop in the same areas. Kista gingiva orang dewasa harus dibedakan dari keratocyst odontogenik dan kista epidermoid yang sering berkembang di daerah yang sama. The differentiation and final diagnosis is established microscopically. Diagnosis diferensiasi dan terakhir didirikan mikroskopis. The gingival cyst of the adult is mostly lined by an odontogenic epithelium which resembles the reduced enamel epithelium and is formed by a few rows of cells. Kista gingiva dewasa sebagian besar dilapisi oleh epitel odontogenik yang menyerupai epitel enamel berkurang dan dibentuk oleh beberapa baris sel. The clinical differential diagnosis should also include mucocele and abscesses of periodontal origin. Diferensial diagnosis klinis juga harus mencakup mucocele dan asal abses periodontal. The treatment is surgical ablation and there is no tendency to recur. Pengobatan ini ablasi bedah dan tidak ada kecenderungan untuk kambuh.



Figure 3. Gambar 3. The arrows point to a rounded gingival blister-like lesion which upon biopsy was shown to be a gingival cyst of the adult. Panah menunjukkan seperti lesi gingiva melepuh-bulat yang ditunjukkan pada biopsi menjadi kista gingiva dewasa. Figure 4. Gambar 4. This radiograph is from another adult patient with a gingival cyst. radiograf ini berasal dari pasien lain dewasa dengan kista gingiva. Note the bone depression produced by the cyst. Perhatikan tulang depresi diproduksi oleh kista. In this case the differential diagnosis should include the lateral periodontal cyst. Dalam hal ini diagnosis diferensial harus mencakup kista periodontal lateral.

i. Calcifying odontogenic cyst
Gambaran radiograf : unilokuler atau multilokuler radiolusen terpisah batasnya tegas menyebar bentuknya irreguler
Etiologi : karena ada sisa epitel odontogenik di dalam gusi maksila dan mandibula
Gambaran klinis : karakteristiknya ada ghost cell keratinization biasanya menyerang orang usia

B. Inflamatory
a. Radicular cyst ( periapical cyst)

Suatu kista periapikal (radikuler) merupakan kista odontogenik yang paling umum. Etiologi umumnya adalah sebuah gigi yang menjadi terinfeksi, memicu nekrosis pulpa. Toksin keluar dari akar gigi, memicu inflamasi periapikal. Inflamasi ini merangsang sisa epitel Malassez yang ditemukan dalam ligament periodontal, menghasilkan pembentukan granuloma periapikal yang bias jadi menginfeksi ataupun steril. Secepatnya, epitelium ini berlanjut menjadi nekrosis disebabkan oleh berkurangnya asupan darah, dan granuloma berkembang menjadi kista. Lesi umumnya tidak dapat terdeteksi secara klinis jika masih kecil tetapi paling sering ditemukan sebagai suatu temuan yang insidental atau tidak disengaja pada pemeriksaan radiografi.
Secara radiografi, perbedaan antara suatu granuloma dan kista adalah tidak mungkin, meskipun beberapa orang mengatakan bahwa jika lesi yang sangat besar lebih dicurigai menjadi kista. Keduanya muncul dengan gambaran lesi radiolusen dalam hubungannya dengan akar gigi nonvital. Adakalanya. Lesi ini dapat menjadi sangat besar karena mereka tumbuh sebagai respon terhadap tekanan. Bagaimanapun, granuloma dan kista bukanlah suatu neoplastik.
Secara makroskopik, epitelium merupakan suatu epitelium skuamos stratified nondeskrip tanpa pembentukan keratin. Perubahan peradangan dapat diamati pada dinding kista, dan perubahan ini, pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan epitelial (misalnya; ulserasi, atropi, dan hyperplasia). Terutama lesi yang terkena inflamasi, dapat muncul celah kolesterol dan/atau makrofage berbusa.
Beberapa pilihan perawatan yang ada untuk beberapa kista. Kebanyakan kista dapat diatasi dengan terapi endodontik dari gigi yang terlibat. Lesi-lesi ini harus pantau secara radiografi untuk memastikan pemecahannya. Lesi yang gagal untuk diatasi dengan beberapa terapi harus diangkat melalui pembedahan dan diperiksa secara histopatologi. Meskipun kista ini terbentuk dari suatu sisa epitel yang matang dan memiliki potensi yang relatif untuk bertumbuh, kadang-kadang suatu karsinoma sel skuamos dapat muncul de novo dalam suatu kista radikuler, oleh karena itu dianjurkann untuk pemeriksaan histopatologi ari semua jaringan yang diangkat.
- Definisi
Kista radikular adalah suatu kista yang berasal dari sisa-sisa epitel Malassez yang berada di ligamen periodontal, karena suatu infeksi gigi (gangren pulpa, gangren radik) ataupun trauma yang menyebabkan gigi nekrosis.
- Etiologi
Suatu kista radikular mensyaratkan injuri fisis, kimiawi ataupun bakterial yang menyebabkan matinya pulpa, diikuti oleh stimulasi sisa epitel Malassez, yang biasanya dijumpai pada ligamen periodontal.
- Gejala-gejala
Tidak ada gejala yang dihubungkan dengan perkembangan suatu kista, kecuali yang kebetulan diikuti nekrosis pulpa. Suatu kista dapat menjadi cukup besar untuk secara nyata menjadi pembengkakan.
Tekanan kista cukup untuk menggerakkan gigi yang bersangkutan, yang disebabkan oleh timbunan cairan kista. Pada kasus semacam itu, apeks-apeks gigi yang bersangkutan menjadi renggang, sehingga mahkota gigi dipaksa keluar jajaran. Gigi juga dapat menjadi goyang. Bila dibiarkan tidak dirawat, suatu kista dapat terus tumbuh dan merugikan rahang atas atau rahang bawah.
- Diagnosis
Pulpa gigi dengan kista radikular tidak bereaksi terhadap stimuli listrik atau termal, dan hasil tes klinis lainnya adalah negatif, kecuali radiografik. Pasien mungkin melaporkan suatu riwayat sakit sebelumnya. Biasanya pada pemeriksaan radiograf, terlihat tidak adanya kontinuitas lamina dura, dengan suatu daerah rerefaksi. Daerah radiolusen biasanya bulat dalam garis bentuknya, kecuali bila mendekati gigi sebelahnya, yang dalam kasus ini dapat mendatar atau mempunyai bentuk oval. Daerah radiolusen lebih besar dari pada suatu granuloma dan dapat meliputi lebih dari satu gigi, baik ukuran maupun bentuk daerah rerefaksi bukan indikasi definitif suatu kista.
- Diagnosis Banding
Gambaran radiografik kista akar yang kecil tidak dapat dibedakan dari gambaran granuloma. Meskipun suatu perbedaan positif antara suatu kista dan granuloma tidak dapat dibuat dari radiograf saja, sifat-sifat tertentu dapat memberi kesan adanya suatu kista. Suatu kista biasanya lebih besar dari pada granuloma dan dapat menyebabkan akar berdekatan merenggang karena tekanan terus-menerus dari akumulasi cairan kista.
- Bakteriologi
Suatu kista mungkin atau tidak mungkin terinfeksi. Sebagai suatu granuloma, suatu kista menunjukkan suatu reaksi defensif jaringan terhadap iritan ringan. Organisme actinomyces pernah diisolasi dari kista periapikal.
- Histopatologi
Kista radikular terdiri dari suatu kavitas yang dilapisi oleh epitelium skuamus berasal dari sisa sel Malassez yang terdapat didalam ligamen periodontal. Suatu teori pembentukan kista adalah bahwa perubahan inflamatori periradikular menyebabkan epitelium berpoliferasi. Bila epitelium tumbuh dalam suatu massa sel, bagian pusat kehilangan sumber nutrisi dari jaringan periferal. Perubahan ini menyebabkan nekrosis di pusat, suatu kavitas terbentuk, dan tercipta suatu kista
- Perawatan
Pengambilan secara bedah seluruh kista radikular sehingga bersih tidak perlu dilakukan pada semua kasus. Kista di jumpai pada sekitar 42% atau kurang pada daerah rerefaksi akar gigi. Resolusi (hilangnya inflamasi) daerah rerefaksi ini terjadi setelah terapi saluran akar pada 80 sampai 98% kasus. Drainase juga bisa mengurangi tekanan kista pada dinding kavitas tulang dan merangsang fibroplasia dan perbaikan dari perifer lesi.
- Prognosis
Prognosis tergantung pada gigi khususnya, perluasan tulang yang rusak, dan mudah dicapainya perawatan.
Gambaran RO
• Lokasinya
Mendekati apeks gigi-gigi non-vital, tanpa pada permukaan mesial akar gigi, pada pembukaan canal aksesoris atau pada pocket periodontal gigi dalam.
• Batas dan Bentuk
Biasanya memiliki batas kortical. Jika kista menjadi infeksi sekunder, reaksi inflamasi disekitar tulang menyebabkan hilangnya lapisan luar (corteks) atau cortex berubah menjadi lebih banyak pinggiran sklerotik.
• Struktur internal
Pada kebanyakan kasus, struktur internal kista ini adalah radiolusen. Kadang-kadang kalsifikasi distrofik bisa berkembang pada kista lama (menetap), kelihatan seperti penyebaran tipis, radioopasitas kecil.

b. Residual cyst
Kista residual adalah istilah yang sesuai karena tidak ada gigi yang tertinggal dimana dapat mengidentifikasikan lesi. Paling umum, hal ini merupakan sisa dari kista periapikal dari gigi yng telah dicabut. Histologinya merupakan epitelium skuamous stratified nondeskrip.

- Gambaran klinis
• Asymtomatik
• Sering ditemukan pada pemeriksaan RO daerah edentulous
• Mungkin terjadi ekspansi pada rahang atau nyeri pada kasus dengan infeksi sekunder
- Gambaran RO
• Lokasi
 Terjadi pada kedua rahang
 Lebih sering pada mandibula
 Epicenter terletak pada lokasi periapikal
 Pada mandibula ; epicenter selalu diatas canal inferior alveolar nerve
• Batas dan Bentuk
Memiliki garis tepi cortical kecuali jika menjadi infeksi sekunder. Bentuk kista residual ini adalah oval atau bulat.
• Struktur Internal
Radiolusen, kalsifikasi bisa terdapat pada kista lama.
Kista residual dapat menyebabkan displacement gigi atau resorbsi. Kista bisa invaginasi pada antrum maxilla atau menekan saluran inferior alveolar nerve.

c. Paradental cyst
- Kista paradental merupakan kista odontogenik yang mengalami peradangan yang timbulnya disebabkan gigi molar tiga mandibula impaksi yang mengalami perikoronitis. Etiologi kista paradental sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, tapi terdapat tiga kemungkinan unruk pembentukannya yakni dari epitel krevikular, dari sisa-sisa epitel Malassez dan dari epitel enamel yang berkurang. Kista ini jarang terjadi, tetapi memiliki karakteristik klinis yakni: terjadi pada gigi molar tiga mandibula yang impaksi, mempunyai riwayat perikoronitis, paling banyak terletak di daerah distal dan distobukal gigi, terjadi pada usia dekade ketiga, dan dari penelitian yang dilakukan, kista ini banyak dijumpai pada orang kulit putih dan pada pria dibanding dengan wanita. Gambaran histopatologi dan radiologi kista paradental ini tidak patognomonik sehingga sering terkacau dengan kista yang lain. Perawatan yang tepat dari kista paradental ini adalah teknik bedah metode enukleasi dengan odontektomi gigi molar tiga mandibula yang terkena. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi rekurensi.
- Kista paradental merupakan suatu kista yang timbul berhubungan dengan gigi yang erupsi sebagian atau penuh dengan pulpa vital. Kebanyakan dari kasus dijumpai pada gigi molar raliang bawah, terutama molar ketiga rahang bawah yang erupsi sebagian dengan riwayat perikoronitis. Gejala klinik yang timbul adalah adanya pembengkakan khususnya pada kista yang melibatkan molar pertama dan molar kedua rahang bawah. Klasifikasi WHO dari kista odontogenik peradangan mencakup kista radikular (residual) dan kista paradental (kista kolateral peradangan, kista bukal infected mandibula). Grup kista paradental secara klinik menimbulkan masalah diagnosis dan terapi bila dihubungkan dengan gigi molar pertama dan molar kedua rahang bawah. Etiologi dan gambaran histologi dari kista paradental, kista kolateral peradangan dan kista bukal infected mandibula adalah identik dan perbedaanya terdapat pada gambaran klinik dan radiografi yang dihubungkan dengan perbedaan gigi yang terlibat dan perbedaan umur dimana gigi tersebut erupsi. Karakteristik radiografi dari kista paradental terlihat bervariasi, umumnya menunjukkan suatu lesi radiolusen yang berbatas jelas superimposed diatas akar dari gigi yang terlibat. Penemuan konsisten pada gambaran histologi dimana kista dilapisi oleh epitel berlapis gepeng hiperplastik non~keratinisasi, Adanya infiltrat sel radang yang kronis didalam jaringan ikat adalah sesuai dengan hipotesis bahwa peradangan adalah penting untuk perkembangan kista ini. Pengangkatan kista dari permukaan akar bukal menunjukkan adanya proyeksi enamel perkembangan yang meluas dari cemento-enamel junction kearah bifurk'asi akar. Anomali enamel perkembangan ini mungkin penting dalam patogenesis kista paradental. Penemuan makroskopis dan mikroskopis mendukung bahwa asal kista paradental adalah epitel enamel yang telah berkurang.
d. Buccal bifurcation cyst
- Gambaran klinis
• Tertundanya erupsi M1 dan M2 mandibula
• Pada pemeriksaan klinis, molar mungkin missing atau puncak cusp lingual bisa abnormal menonjol keluar melalui mukosa, lebih tinggi dari pada posisi cusp buccal.
• Gigi geligi selalu vital
• Hard swelling bisa terdapat pada buccal molar dan jika terdapat infeksi sekunder, pasien bisa merasakan nyeri
- Gambaran RO
• Lokasi
 Paling sering terjadi pada m1 mandibula
 Terkadang terjadi secara bilateral
 Selalu terdapat pada furkasi buccal dari molar yang bersangkutan
• Batas Luar dan Bentuk
 Pada beberapa kasus tidak ada batas luar, lesi bisa sangat halus region radiolusen berlapis pada gambaran akar molar.
 Beberapa kasus, lesi memiliki bentuk sirkular dengan tepi cortical yang tegas
• Struktur Internal
Radiolusen

II. Non-odontogenik
a. Naso- palatine duct cyst (incisive canal cyst)
- Kista ini mengandung sisa duktus nasopalatin organ primitif hidung dan juga pembuluh darah dan serabut saraf dari area nasopalatin.
- Gambaran klinis
• Asimtomatik atau dengan gejala minor yang dapat di tolerir dalam jangka waktu yang lama.
• Kista ini berbentuk kecil, pembengkakan berbatas tegas tepat pada posterior papila palatin.
• Pembengkakan biasanya fluktuan dan berwarna biru jika terdapat di permukaan.
• Perluasan kista dapat berpenetrasi pada plate labial dan mengakibatkan pembengkakan dibawah frenulum labial maksila. Terkadang lesi dapat meliputi rongga hidung dan merusak septum nasal.
• Mengakibatkan gigi geligi menjadi divergen
- Gambaran Radiograf
• Kista ini terletak pada foramen nasopalatin meluas ke posterior untuk melibatkan palatum durum.
• Kista ini berbatas jelas, bayangan dari nasal spine terkadang superimpose yang mengakibatkan kista berbentuk seperti hati.
• Struktur interna radiolusensi secara total, terkadang terjadi kalsifikasi distrofik interna yang mengakibatkan radioopasitis menyebar.
• Efek kista ini mengakibatkan divergensi akar insisif sentral dan resorpsi akar serta pergeseran dari nasal fosa ke arah superior.
b. Nasolabial cyst (nasoalveolar cyst)
- Asal dari kista ini bisa jadi suatu kista fisural yang muncul dari suatu sisa epitel dalam garis fusi globular, lateral nasal, dan prosesus maksila.
- Gambaran klinis
• Pembengkakan unilateral pada pembungkus nasolabial dan dapat menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan jika kista berukuran kecil.
• Jika kista berukuran besar dapat masuk ke dalam kavitas nasal yang dapat menyebabkan obstruksi, pengembangan alae hidung, distorsi nostril hidung da pembesaran bibir atas
- Gambaran Radiograf
• Lokasinya dekat prosesus alveolaris diatas apeks insisif karena kista ini merupakan lesi jaringan lunak sehingga radiograf tidak cukup jelas.
• Lesi berbentuk sirkular atau oval dengan peninggian ringan jaringan lunak pada tepi kista.
• Struktur internal radiolusensi homogen
• Mengakibatkan erosi tulang , peningkatan prosesus alveolar dibawah kista dan apikal insisif, distorsi border inferior fosa nasal.
c. Palatal cyst of infant
d. Lymphoepithelial cyst
e. Gastric heterotropic cyst
f. Tryglosal duct cyst
g. Salivary duct cyst
h. Maxillary antrum associated cyst
i. Soft tissue cyst
j. Pseudo cyst
k. Congenital cys
l. Parasitic cyst
5. Penatalaksanaan kista
a. Enukleasi
- Merupakan proses pengangkatan seluruh lesi kista tanpa terjadinya perpecahan pada kista. Kista itu sendiri dapat dilakukan enukleasi karena lapisan jaringan ikat antara komponen epitelial (melapisi aspek anterior kista) dan dinding kista yang bertulang pada rongga mulut. Lapisan ini akan lepas dan kista dapat diangkat dari kavitas yang bertulang. Proses enukleasi sama dengan pengangkatan periosteum dari tulang. Enukleasi pada kista seharusnya dilakukan secara hati – hati untuk mencegah terjadinya lesi rekuren.
- Indikasi :
• Pengangkatan kista pada rahang
• Ukuran lesi kecil, sehingga tidak banyak melibatkan struktur jaringan yang berdekatan
- Keuntungan :
• Pemeriksaan patologi dari seluruh kista dapat dilakukan
• Pasien tidak dilakukan perawatan untuk kavitas marsupialisasi dengan irigasi konstan
• Jika akses flap mucoperiosteal sudah sembuh, pasien tidak merasa terganggu lebih lama oleh kavitas kista yang ada
- Kerugian :
Jika beberapa kondisi diindikasikan untuk marsupialisasi, enukleasi bersifat merugikan seperti :
• Fraktur rahang
• Devitalisasi pada gigi
• Impaksi gigi
• Banyak jaringan normal yang terlibat
- Teknik :
• Insisi
• Flap mucoperiosteal
• Pembuangan tulang pada aspek labial dari lesi
• Osseous window untuk membuka bagian lesi
• Pengangkatan kista dari kavitas menggunakan hemostate & kuret
• Menjahit daerah pembedahan
• Penyembuhan mukosa & remodelling tulang, dimana terbentuk jaringan granulasi pada dinding kavitas yang bertulang dalam waktu 3-4 hari. Dan remodelling tulang akan terjadi selama 6 – 12 bulan.
b. Marsupialisasi
- Merupakan metode pembedahan yang menghasilkan surgical window pada dinding kista, mengevakuasi isi kista dan memelihara kontinuitas antara kista dan rongga mulut, sinus maksilary atau rongga nasal. Proses ini mengurangi tekanan inrakista dan meningkatkan pengerutan pada kista. Marsupialisasi dapat digunakan sebaga terapi tunggal atau sebagai tahap preeliminary dalam perawatan dengan enukleasi.
- Indikasi :
• Jumlah jaringan yang terluka
Dekatnya kista dengan struktur vital berarti keterlibatan jaringan tidak baik jika dilakukan enukleasi.
Contoh : jika enuklesi pada kista menyebabkan luka pada struktur neurovaskular mayor atau devitalisasi gigi sehat, sebaiknya diindikasikan metode marsupialisasi.
• Akses pembedahan
Jika akses untuk pengangkatan kista sulit, sebaiknya dilakukan marsupialisasi untuk mencegah lesi rekuren.
• Bantuan erupsi gigi
Jika gigi tidak erupsi (dentigerous cyst), marsupialisasi dapat memberikan jalur erupsi ke rongga mulut.
• Luas pembedahan
Untuk pasien dengan kondisi medik yang kurang baik, marsupialisasi merupakan alternatif yang tepat dibandingkan enukleasi, karena prosedurnya yang sederhana dan sedikit tekanan untuk pasien.
• Ukuran kista
Pada kista yang sangat besar, adanya resiko fraktur rahang selama enukleasi. Ini lebih baik dilakukan marsupialisasi, setelah remodelling tulang dapat dilakukan enukleasi.
- Keuntungan :
• Prosedur yang dilakukan sederhana
• Memisahkan struktur vital dari kerusakan akibat pembedahan
- Kerugian :
• Jaringan patologi kemungkinan masih tertinggal di dalam kavitas
• Tidak dapat dilakukan pemeriksaan histologi secara teliti
• Terselip debris makanan akibat adanya kavitas
• Pasien harus irigasi kavitas beberapa kali setiap hari
- Teknik :
• Diberikan antibiotik sistemik, untuk pasien dengan kondisi yang tidak sehat
• Pemberian anastesi lokal
• Aspirasi kista, jika aspirasi dapat memperkuat diagnosis kista, prosedur marsupialisasi dapat dilakukan
• Insisi awal, biasanya sirkular / ellips dan menghasilkan saluran yang besar (1 cm atau lebih besar) di dalam kavitas kista.
• Jika lapisan atas tulang tebal, osseous window dibelah secara hati – hati dengan round bur atau rongeurs
• Pengambilan isi kista
• Menjahit tepi luka hingga membentuk sseperti kantung
• Irigasi kavitas kista untuk menghilangkan beberapa fragmen residual debris
• Masukkan iodoform gauze ke dalam kavitas kista
• Irigasi kavitas rutin selama 2 minggu
• Menjahit daerah pembedahan
c. Enukleasi dengan kuretase
- Dimana setelah dilakukan enukleasi, dilakukan kuretase untuk mengangkat 1 – 2 mm tulang sekitar periphery kavitas kista. Ini dilakukan untuk membuang beberapa sel epitelial yang tersisa pada dinding kavitas.
- Indikasi :
• Jika dokter melakukan pengangkatan keratosis odontogenik, dimana keratosis odontogenik memiliki potensi yang tinggi untuk rekuren.
• Jika terdapat beberapa kista rekuren setelah dilakukan pengangkatan kista
- Keuntungan :
Jika enukleasi meninggalkan sel – sel epitelium, kuretase dapat mengangkat sisa – sisa epitelium tersebut, sehingga kemungkinan untuk rekuren minimal.
- Kerugian :
Kuretase lebih merusak tulang dan jaringan yang berdekatan. Pulpa gigi kemungkinan akan hilang suplai neurovaskularnya ketika kuretase dilakukan dekat dengan ujung akar. Kuretase harus dilakukan dengan ketelitian yang baik untuk mencegah terjadinya resiko ini.
- Teknik :
• Kista dienukleasi atau diangkat
• Memeriksa kavitas serta stryktur yang berdekatan dengannya
• Melakukan kuretase dengan rigasi steril untuk mengangkat lapisan tulang 1 – 2 mm sekitar kavitas kista
• Dibersihkan dan ditutup
d. Marsupialisasi disertai enukleasi
- Dilakukan jika terjadi penyembuhan awal setelah dilakukan marsupialisasi tetapi ukuran kavitas tidak berkurang.
- Teknik :
• Kista pertama kali dimarsupialisasi
• Menunggu penyembuhan tulang, untuk mencegah terjadinga fraktur rahang saat melakukan enukleasi
• Terjadi penurunan ukuran kista
• Dilakukan enukleasi
PERTANYAAN SKENARIO
1. Jenis rontgen dan gambaran radiologis kista
Jenis rontgen secara umum
 Panoramik
 Periapical
Jenis rontgen untuk melihat kista
 Panoramik
Gambaran Ro kista
f. Berbatas tegas
g. Tepi skelrotik jika ada infeksi
2. Pasien sudah berobat sampai 3x tetapi tidak sembuh . why ?
 Karena tidak dilakukan enukleasi dan marsupialisasi
 Penyebabnya tidak dihilangkan
 Dx belum tepat
3. Kenapakah bisa ada ping pong phenomena ?
LI
4. Dalam skenario termasuk jenis odontogenik apa ?
 Kista dentigerous ( soalnya dari gigi 35 tidak tumbuh )
 Dari usia pasien
5. Dx dan DD nya ?
DD : ameoblastoma ( tumor jinak ) ; odontogenic keratocyst
6. Sejak kapan bisa timbul ping pong phenomena ?
LI
7. Apakah kista odontogenik selalu diikutin / ciri khas dengan ping pong phenomena ?
LI
8. Gigi 35 tidak tumbuh , why ? adakah pengaruhnya dengan kista odontogenik ?
Ada pengaruhnya , karena ....... ??? LI
9. Pasien sudah mengalami asimetris tetapi pasien tidak merasakan sakit , berbeda dengan kasus impaksi. Why ?
 Karena tidak ada infeksi
 Pembengkakan terjadi secara perlahan sehingga tidak merasakan sakit
10. Mengapa ada fluktuasi + dan ping pong phenomena + ?
 LI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar